Kuninganglobal.com – – – Tidak semua guru penting, bahkan banyak guru yang menyesatkan perkembangan dan masa depan anak bangsa. Ungkapan di atas bisa jadi benar adanya. Peran guru dalam membentuk peserta didiknya sangatlah penting.
Arahan guru menjadi petunjuk jalan bagi kegiatan siswanya. Sekali saja guru menyampaikan hal yang salah pada peserta didiknya, saat itu pula telah menyesatkan anak didiknya. Sehingga, seorang guru, sebelum dan selama menjadi guru, dia harus memiliki karakter guru, mengemukakan tentang karakter yang harus dimiliki oleh guru, yaitu: guru hendaknya menjadi orang yang memiliki wawasan yang luas.
Apa yang disampaikan oleh guru harus merupakan sesuatu yang benar dan memberikan manfaat, seorang guru harus mengedepankan sikap yang obyektif dalam menghadapi setiap permasalahan, seorang guru hendaknya memiliki dedikasi, motivasi, dan loyalitas yang kuat, memiliki kualitas dan kepribadian moral, guru harus membentuk watak humanis anak didiknya serta guru juga harus melek informasi dan teknologi.
Karakter di atas, menjadi kemestian bagi
seorang guru yang tidak hanya mengajar,tetapi juga mendidik dan melatih. Ketika ingin mencapai tujuan pembelajaran yang baik, gurunya harus mendidik dan mengajar dengan hati dan kesabaran dalam menghadapi siswa dengan beragam kecerdasan. Peran guru sebagai fasilitator di mana guru selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk beraktivitas lebih banyak dalam kegaiatan belajar.
Sikap guru sebagai katalisator yang selalu memantik bakat dan minat siswa, tidak pernah
mengatakan bodoh atau nakal, serta
mendorong siswa untuk meraih prestasi.
Strategi mengajar guru menggunakan
multistrategi dan memiliki kreativitas
mengajar. Sehingga pembelajaran menjadi
sesuatu yang menyenangkan belaka.
Dalam Quantum Teaching, yang memiliki
asas utamanya bawalah dunia mereka ke
dunia kita, Antarkan dunia kita kedunia
mereka, tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan mengguakan 5 prinsip utama ketika
mengajar, yaitu: Segalanya berbicara,
segalanya bertujuan, pengalaman sebelum
pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika
layak dipelajari, layak pula dirayakan. Wallohua’lam bishawab. (*)
Oleh: Nurul Ivani, mahasiswa Prodi PGSD STKIP Muhammadiyah Kuningan