Kuninganglobal.com — Waktu kita kecil dulu, kita sangat ingin menjadi dewasa, rasanya menjadi dewasa adalah kebahagiaan. Bisa pergi kesana kemari, bebas pulang kapan aja, dan kebahagiaan-kebahagiaan lainnya yang menurut kita sepertinya indah. Namun, saat di titik di mana kita diminta untuk menjadi dewasa, kebanyakan dari kita justru malah enggan. Kita sadar, ternyata menjadi dewasa tidak seindah yang selama ini kita kira. Rasa khawatir atau bahkan takut akan masa depan ditambah banyak sekali masalah-masalah yang membuat kita down, menjadi keriuhan dalam pikiran kita sehari-hari. Semakin bertambahnya usia maka semakin bertambah pula tanggung jawab, sehingga kita berasumsi bahwa menjadi dewasa adalah hal yang sangat berat.
Apakah kalian merasakan hal yang sama?….
Nah… Menurut beberapa psikolog perkembangan manusia salahsatunya Alexandra Robins menerangkan bahwa hal demikian adalah masa yang akan dialami oleh semua orang, biasanya akan dialami oleh mereka yang berusaha 20 sampai dengan 30 tahun. Beliau menyebutnya “Quarter life crisis”. Merupakan masa transisi dari usia remaja akhir menuju dewasa awal yang di dalamnya akan ada tugas perkembangan, hal inilah yang menimbulkan krisis.
Lalu, jika demikian, prinsip seperti apakah yang harus kita pegang sehingga kita bisa melewati masa transisi menuju dewasa dengan baik?
- Tanggung jawab
Kita harus faham bahwa “Dewasa” adalah “Tanggung jawab”, artinya ketika kita melakukan kesalahan, maka sebisa mungkin kita harus bisa memperbaikinya, bukan kita malah pergi meninggalkannya begitu saja atau bahkan mengumpat.
- Syukur
Setiap hal yang kita punya, harus disyukuri sehingga kita akan totalitas dalam setiap aktivitasnya. Bersyukur merupakan bahan bakar kita untuk senantiasa terus melakukan perbaikan-perbaikan dalam setiap step dalam hidup kita sehingga kita akan terus mengalami perkembangan tanpa menyalahkan siapapun. Kita akan senang dan semangat dalam setiap aktivitas.
- Hikmah
Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian di hidup kita, entah itu kejadian pahit ataupun manis. Pahit, bagaimana kita menyadarinya lalu menyabarinya. Manis, bagaimana kita menyadarinya lalu mensyukurinya.
- Kuasai diri
Pendewasaan terjadi pada saat kita bisa menguasai diri kita. Setiap manusia mempunyai hati nurani yang selalu membisiki kita untuk berbuat baik, namun di sisi lain terkadang diri kita sendiri menolak bisikan tersebut, sehingga kita menghiraukan hati nurani kita. jika kita masih demikian maka kita belum dewasa. Artinya kita masih kalah dengan diri kita sendiri.
- Mindset
Mulailah menanamkan mindset positif, bukan menghakimi tapi merehabilitasi sehingga menjadi pribadi yang solutif. Tidak lagi men-judge ketika melihat orang berbuat salah, tapi berpikir bagaimana caranya agar orang tersebut tidak lagi berbuat demikian.
- Berdaulat
Lakukan apa yang menjadi keyakinan kita, jangan hanya ikut-ikutan sehingga ketika orang lain mengusik diri kita, kita tidak akan berhenti karena kita mempunyai motivasi tersendiri kenapa kita melakukan hal tersebut.
Nah… temen-temen… menjadi dewasa itu pilihan ya, banyak ko yang usianya sudah melampaui batas kedewasaan tapi dirinya belum dewasa sehingga menjadi penyesalan bagi diri mereka. artinya bahwa bagaimanapun juga menjadi dewasa adalah step yang yang harus kita lalui. Erik Erikson seorang psikolog yang berfokus pada teori perkembangan sosial dan emosi menerangkan bahwa tahapan manusia bertumbuh secara emosi dan sosial adalah tahapan yang tidak bisa kita katrol (lompati), artinya seberapa besarpun kita berjuang untuk melompatinya kita akan tetap menghadapinya. Untuk itu jangan pernah merasa takut menghadapi kedewasaan, karena kedewasaan merupakan step yang pasti akan dilalui setiap manusia. Wajar jika kita merasa capek, merasa insecure, over thinking, khawatir, sulit Bahagia, banyak beban, bahkan kurang motivasi. Kita harus buktikan kalau kita bisa melewati semua ini sehingga kita bisa berhasil menjadi manusia dewasa yang sesungguhnya.
“Semangat ya, sama ko saya juga lagi berjuang melewati tahap ini, ketika saya menulis artikel ini, bukan berarti saya paling paham dengan arti kedewasaan, justru saya juga sedang belajar memahami kedewasaan. Semangat semuanya… Terimakasih sudah membaca”.
Penulis: Muhamad Nur’alim