Opini  

Selamat Datang Generasi Beta

Si buah hati telah lahir. Bayi mungil dan lucu yang dinanti-nantikan oleh kedua orang tuanya kini telah hadir di era menuju abad 22. Tahun 2025 menjadi awal kelahiran generasi baru dengan nama baru pula, yaitu Generasi Beta. Generasi yang lahir mulai tahun 2025 hingga 2035 akan mengisi dunia dengan karakteristik baru sebagai kelanjutan dari generasi pendahulunya, Generasi Alfa.

Para ahli telah mengklasifikasikan generasi berdasarkan periode kelahiran: Generasi X (1965–1980), Generasi Y atau Milenial (1981–1996), Generasi Z (1996–2010), dan Generasi Alfa (2010–2024). Masing-masing generasi memiliki karakteristik atau ciri khas tersendiri, baik dalam kepribadian maupun gaya hidup, yang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi zaman mereka dilahirkan.

Generasi Beta merupakan generasi yang lahir saat perkembangan teknologi mengalami percepatan luar biasa. Akselerasi pengembangan Artificial Intelligence (AI) menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia Generasi Beta. Mereka tidak hanya berkenalan dengan teknologi, tetapi menyatu dengan teknologi yang terus hadir dalam kehidupan mereka. Generasi ini akan hidup di dunia yang serba praktis, digital, dan berbasis teknologi. Mereka juga memiliki kecenderungan kuat terhadap teknologi, sehingga karakteristik mereka akan sangat dipengaruhi oleh konten teknologi masa depan.

Sejak dalam kandungan, Generasi Beta sudah mendapatkan akses teknologi dengan mudah. Orang tua mereka dengan telaten memantau perkembangan si jabang bayi melalui alat teknologi canggih, mengakses informasi melalui aplikasi, dan menyiapkan fasilitas teknologi untuk menyambut kelahiran mereka. Wajar jika mereka menjadi generasi kedua setelah Generasi Alfa yang dikenal sebagai Technology and Digital Citizens.

Berlimpah Teknologi, Berlimpah Tantangan

Generasi Beta akan menikmati kecukupan fasilitas teknologi di masanya. Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan besar. Mereka tidak hanya bersaing dengan manusia, tetapi juga menghadapi tantangan dari mesin-mesin ciptaan manusia yang dilengkapi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence).

Baca Juga:  Tugas Guru Bukan Sekedar Mengajar

Mesin-mesin ini mampu membaca, melacak, bahkan mengambil keputusan berdasarkan data yang dimilikinya, terkadang mendahului keputusan manusia. Tantangan ini bisa menjadi inspirasi untuk lebih kreatif atau ancaman jika manusia tidak mampu mengendalikannya. Generasi Beta diharapkan mampu menaklukkan teknologi, bukan menjadi budaknya.

Tantangan lainnya adalah kemampuan mengambil keputusan yang tepat di tengah keberlimpahan informasi. Dengan begitu banyak pilihan yang tersedia, generasi ini akan menghadapi kesulitan dalam menentukan informasi yang benar, relevan, dan sesuai kebutuhan. Keberlimpahan ini juga berisiko menghadirkan misinformasi, disinformasi, atau malinformasi, yang dapat membingungkan mereka. Oleh karena itu, penting bagi Generasi Beta untuk memiliki fondasi keilmuan yang kokoh agar keputusan mereka tetap logis dan terarah.

Fondasi Keilmuan

Akselerasi teknologi dan dunia digital yang berkembang pesat tidak mungkin dibendung. Setiap kanal teknologi telah mempersiapkan peta jalan bisnis masing-masing dengan orientasi keuntungan. Produk-produk teknologi sering kali sarat dengan kepentingan komersial, tanpa mempertimbangkan dampak positif atau negatifnya. Generasi Beta membutuhkan filter berlapis agar tidak menjadi “sapi perah” bagi para kreator teknologi.

Masa depan diprediksi akan menghadirkan persaingan bisnis yang semakin ketat, diperburuk oleh isu-isu global seperti perubahan iklim dan kesehatan. Kurangnya aktivitas fisik akibat teknologi canggih dapat memicu masalah kesehatan, seperti obesitas dan penyakit lainnya.

Solusi bagi Generasi Beta adalah membangun fondasi keilmuan yang berakar pada nilai-nilai religiusitas dan tata nilai sosial. Dengan prinsip ini, mereka dapat menghadapi perubahan zaman dengan bijak. Keseimbangan antara nilai batiniah dan lahiriah harus ditanamkan.

Kesehatan fisik dapat dijaga melalui disiplin beraktivitas, berolahraga, dan konsumsi nutrisi tinggi. Sementara itu, kesehatan batin terjaga melalui pemahaman ajaran agama, pembiasaan etika baik, dan terus mengembangkan keilmuan. Dengan demikian, mereka dapat terhindar dari penyakit psikis seperti stres, kecemasan, dan depresi.

Baca Juga:  Ketimpangan Hukum, Sosial, Ekonomi, Penyakit Bagi Suatu Negeri

Selamat datang Generasi Beta! Kalian adalah penerus cerita masa lalu. Tulislah kisah hidup kalian dengan tinta kebaikan agar menjadi warisan berharga di masa depan, sebagai bagian dari artefak kehidupan yang penuh makna.

Oleh: Dr Nanan Abdul Manan, M.Pd (Wakili Rektor Universitas Muhammadiyah Kuningan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Depo 25 Bonus 25

Mahjong Slot

https://koleksi.upmk.ac.id/lib/mahjong/