Kuninganglobal.com — Kemajuan teknologi di zaman sekarang memang sudah tidak diragukan lagi, dunia sudah berada digenggaman tangan. Dengan mudah kita bisa mengakses jejaring sosial media, tua atau muda seolah tak ada bedanya mereka sama-sama eksis diberbagai akun sosial media baik itu WA, Facebook, Instagram, maupun TikTok.
Fungsi sosial media di zaman sekarang bukan hanya untuk berkomunikasi, kini fungsinya sudah meluas sebagai sarana berjual beli, edukasi, bekerja, bahkan kini media sosial bisa menjadi sarana penghilang penat atau bahasa gaulnya adalah penghilang gabut
Penggunaan sosial media untuk penghilang gabut sebenarnya boleh-boleh saja selama kontennya tidak mengandung hukum SARA serta pornografi. Tetapi yang jadi masalah adalah ketika dalam penggunaannya mengesampingkan etika bersosial media, padahal etika bersosial media ini sangat penting. Mengapa dikatakan sangat penting? Karena secara tidak sadar apa yang kita tulis, apa yang kita baca, apa yang kita share secara tidak langsung itu mencerminkan diri kita yang sebenarnya.
Miris memang saat seorang guru mengisi kegabutan dengan bermain tiktok, memakai seragam kerja dan bergoyang penuh arogan statusnya sebagai tenaga pendidikan sesaat hilang. Padahal ia adalah seorang guru yang diguguh dan ditiru, apa yang akan terjadi jika muridnya melihat tingkah sang guru lantas mengikuti sama persis yang dilakukan oleh guru itu. Benar-benar murid jadi kena mental, seorang tenaga pendidik yang seharusnya menanamkan tatakrama dan sopan santun kini secara tidak langsung guru malah mengajarkannya bertingkah tanpa rasa malu.
Sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar tentu saya sangat menyanyangkan hal ini, saya tidak bisa diam melihat kebobrokan para tenaga pengajar yang berefek pada mental seorang siswa. Dari fenomena ini kita belajar, bahwa kedisiplinan tenaga pengajar tidak didapatkan secara instan.
Kita mahasiswa seharusnya bisa mengevaluasi hal ini, kedisiplinan tenaga pengajar harus ditanamkan pada masa perkuliahan. Mahasiswa yang terbiasa menjaga perilakunya, ia berpotensi menjadi pengajar profesional dikemudian hari, begitupun sebaliknya mahasiswa yang tidak bisa menjaga perilakunya maka ia akan kesulitan untuk mengontrol diri, tentu hal ini berpotensi sangat kecil untuk mendapat gelar pengajar profesional.
Semoga tulisan ini dapat menjadi pengingat untuk kita para penerus pejuang pendidikan, teman-teman yang sudah bisa mengontrol perilakunya semoga bisa terus berprogres lagi dan tidak merasa puas dengan segala pencapaian yang didiapat. Serta untuk temen-teman yang masih belajar membentuk karakter diri semoga bisa terus berproses dengan dibuktikan progres dalam penerapannya.
Untuk para mahasiswa yang masih main tiktok, gak apa-apa ko silahkan aja lanjutkan jika kalian memang senangnya disana. Namun yang harus dievaluasi adalah konten didalamnya, mulailah untuk bisa merubah yang tadinya isi konten tiktoknya goyang-goyang, sekarang isi dengan konten yang lebih positif misalnya kalian dapat berbagi tips belajar asyik, tips agar tidak ngantuk saat perkuliahan, atau bisa juga dengan tips supaya tidak malas menulis artikel hehe J
Waah terimakasih yaa untuk kalian yang sudah membaca sampai akhir tulisanku ini, semoga dapat memberi manfaat. Aamiin Allahumma Aamiin. Oiya follow instagramku @fatimahipeh untuk mempererat pertemanan.
Oleh: Papat Siti Fatimah, mahasiswi PGSD 3A STKIP Muhammadiyah Kuningan