Skip to content
Kuninganglobal —- Akhir-akhir ini saya sering berdiskusi dengan mahasiswa yang dari lubuk hatinya yang paling dalam mereka bercita-cita menjadi guru SD. Banyak dari mereka penuh semangat, siap terjun ke dunia pendidikan. Tapi ada satu hal yang sering mereka lewatkan, yakni kemampuan bahasa Inggris.
Dulu, tugas guru honorer SD sederhana, masuk kelas, mengajar, pulang. Tapi sekarang? Harus siap segalanya. Termasuk jadi “guru serbaguna” yang bisa disuruh mengajar apa saja. Salah satunya? Mulok Bahasa Inggris.
Kenapa guru honorer yang dapat tugas ini? Jawabannya klasik, guru tetap sudah penuh jadwalnya. Maka, siapa pun yang belum punya kelas tetap, dialah yang mengisi kekosongan. Urusan kemampuan? Belakangan.
Masalahnya, tidak semua guru honorer SD punya latar belakang pendidikan Bahasa Inggris. Mereka belajar dari mana? Dari Google. Dari YouTube. Dari buku-buku yang seadanya. Ada yang lancar. Ada yang terbata-bata. Ada yang percaya diri. Ada juga yang malah gugup sendiri di depan murid.
Sekolah ingin guru honorer bisa bahasa Inggris. Tapi apakah mereka diberi pelatihan? Apakah ada pendampingan? Atau hanya dibiarkan bertahan sendiri?
Sebagai pendidik di perguruan tinggi, saya melihat bahwa mata kuliah Bahasa Inggris di kampus saja tidak cukup. Mahasiswa PGSD perlu lebih dari itu. Mereka harus aktif mengasah diri. Bisa dengan dengarin lagu berbahasa Inggris. Tonton film tanpa subtitle. Baca artikel. Dan yang paling penting berani berbicara English.
Karena kalau sejak awal mereka sudah siap, mereka tidak akan canggung ketika diberi tugas mengajar bahasa Inggris. Bahkan bisa jadi, itu justru menjadi keunggulan mereka dibanding guru lain.
Jadi, calon guru SD, persiapkan diri anda dari sekarang. Saat nanti anda lulus dan mulai mengajar, jangan hanya sekadar mengisi kekosongan. Tapi tunjukkan bahwa anda benar-benar siap jadi pendidik yang berkualitas.
Oleh: Agus Saeful Anwar (Ketua Program Studi PGSD Universitas Muhammadiyah Kuningan)
