Kuninganglobal.com — Seiring waktu, perkembangan zaman semakin canggih dan setiap orang dituntut untuk bisa menjadi seseorang yang smart people. Anak-anak merupakan cikal bakal penerus bangsa, oleh karena itu anak-anak mesti mendapatkan pendidikan yang layak contohnya sekolah.
Namun tidak semua anak beruntung bisa duduk dibangku sekolah dan memiliki kemampuan belajar yang sama. Tapi semua anak beruntung mendapatkan pendidikan, banyak anak yang tidak sekolah namun bisa sukses di kemudian hari itu karena lingkungan sekitarnya.
Setiap anak berhak mengekspresikan dirinya dalam dunianya. Biasanya dunia anak-anak adalah dunia yang penuh keceriaan, mereka bahagia berada dalam suasana bebas untuk belajar sambil bermain. Semua manusia itu dilahirkan untuk cerdas, tugas kitalah mencari di mana letak kecerdasan kita dalam mendidik anak.
Cara mengasuh dan mendidik anak menjadi salah satu faktor penting bagi tumbuh kembang anak. Anak yang sering bertanya tentang hal apa pun itu tandanya curioucity (rasa ingin tahu) dan enthusiasm (antusiasme) menyala dalam dirinya. Bukan semata jawaban benar dan tepat, melainkan jawaban yang membuka ruang dialogis dan atensi yang diutamakan.
Sekolah ataupun tidak sekolah setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing, namun mereka dididik dengan keadaan dan pengalaman mereka. Setiap anak pasti punya story menyedihkan dan menyenangkan dalam dirinya.
Anak yang terlahir dari keluarga yang memiliki problem dalam ekonomi dan broken home bukan alasan untuk tidak belajar. Mereka sebenarnya belajar bertahan dalam keadaan. Long life education because life need struggle, tidak perlu menuntut mereka untuk pintar dan tidak perlu menambah beban bagi mereka. Berilah mereka ruang dan ajaklah mereka untuk diskusi agar mereka bisa paham artinya pendidikan.
Nah peran kita sebagai calon guru atau bahkan kita sudah berkecimpung langsung menjadi seorang guru bagi peserta didik di sekolah, yakni dalam konteks pembelajaran, sistem evaluasi menjdai tolak ukur untuk manilai sejauh mana pemahaman sisiwa terhadap materi yang diajarkan.
Yang dimana sistem evaluasi tidak hanya berbentuk tugas, mid atau ulangan melainkan juga guru-guru menilai siswa dari segi evektif, kongnitif dan psikomotorik. Tentu juga yang harus di kedepankan adalah bawa suasana evaluasi pembelajaran dengan memberikan feedback menyenangkan bagi peserta didik.
Penulis: Jihan Khoerunissa, mahasiswi Prodi PGSD Semester 3 STKIP Muhammadiyah Kuningan