Walapatra.com — Dina Alfitri merupakan seorang Mahasiswi Kesehatan yang berasal dari Kuningan, dia juga merupakan Juara Favorit Duta Baca Jawa Barat 2020. Selain aktif di dunia literasi, kesehatan dan sosial, dia juga sebagai salah satu orang yang peduli terhadap teman-teman disabilitas dan bahasa isyarat. Menurutnya, memperingati Pekan Tuli Internasional merupakan salah satu menghargai teman-teman disabillitas. Pendapat dia tertuang dalam tulisan dibawah ini :
Minggu ke-3 Bulan September, tepatnya pada tanggal 21 s.d 27 September adalah Pekan Tuli Internasional (PTI). Terdiri dari tujuh hari besar tuli, yaitu :
- Tanggal 21 September adalah Hari Bahasa Isyarat
- Tanggal 22 September adalah Hari Lingkungan Bahasa Isyarat
- Tanggal 23 September adalah Hari Bahasa Isyarat Internasional “Bahasa Isyarat Untuk Semua Orang!”
- Tanggal 24 September adalah Hari Pengakuan Resmi Bahasa Isyarat Nasional
- Tanggal 25 September adalah Hari Kesempatan yang sama untuk Seua Teman Tuli
- Tanggal 26 September adalah Hari Kepemimpinan Tuli
- Tanggal 27 September adalah Hari : Aku Menandatangani Hak Asasi Manusia!
Menurut Federasi Tuli Sedunia atau WDF singkatan dari World Deaf Federation, ada sekitar 72 juta orang Tuli di seluruh dunia. Lebih dari 80% dari mereka tinggal di negara berkembang. Secara kolektif, mereka menggunakan lebih dari 300 bahasa isyarat yang berbeda.
Menilik dari sejarahnya, Bahasa Isyarat sudah ada pada tahun sebelum masehi yaitu pada era Plato. Di abad ke-18, ahli bahasa Rene Descartes berasal dari Perancis yakin bahwa Bahasa Isyarat adalah bahasa manusia secara alami.
Tahun 1960 M, baru munculah studi linguistiknya dan pertama kali terbit struktur American Sign Language (ASL) oleh orang amerika itu sendiri yaitu William Stokoe. Pada tahun 1990 M, diadakannya penelitian linguistik Bahasa Isyarat di asia. Dan tahun 2000 M, Negara Indonesia mengadakan penelitian linguistik Bahasa Isyarat.
Bahasa Isyarat terdapat dua macam yaitu SIBI dan BISINDO. SIBI adalah Sistem Bahasa Isyarat yang merupakan alat komunikasi untuk teman Tuli yang dicetuskan oleh orang Dengar, dan di adaptasi dari ASL (American Sign Language). Sedangkan BISINDO adalah Bahasa Isyarat Indonesia merupakan alat komunikasi yang dicetuskan atau dibuat oleh orang Tuli itu sendiri.
Sudah pastinya teman-teman Tuli lebih nyaman dan lebih paham memakai BISIDO daripada SIBI, sebab BISINDO itu lebih baik karena merupakan bahasa ibu dan memakai ekspresi wajah. BISINDO belum diresmikan di Indonesia, saya optimis sekali ketika BISINDO sudah diresmikan menjadi Bahasa Isyarat Nasional tentunya kesejahteraan dan kesetaraan teman-teman Tuli akan terpenuhi. Dan cara saya memperingati Pekan Tuli Internasional ini dengan cara mengkampanyekan bahasa isyarat di sosial media.
Sekarang sedang diusahakan mengadvokasi untuk meminta diresmikannya BISINDO menjadi Bahasa Isyarat Nasional. Advokasi berlangsung sudah sejak tahun 1975 hingga sekarang.
Doakan semoga terkabulkan yaa! Dan mohon bantuannya untuk mengkampanyekan bahwa Tuli dan Dengar itu setara. (ccp)