Menanti Surga
Karya : Baeti Alim
Mendung mulai menyelimuti langit sore hari ini , sinar matahari mulai menepi tergantikan oleh rintik hujan yang jatuh membasahi bumi pertiwi .
Namaku Mila , gadis kurang beruntung yang selalu berteman dengan sepi . Usiaku 17 tahun dan kini aku duduk di bangku kelas sebelas SMA NEGERI 1 MERDEKA
Kini.. kampus abu terlihat sangat sepi , bel pulang sekolah telah berbunyi 15 menit yang lalu , mungkin bagi teman teman ku bel pulang sekolah adalah tanda menuju surga , tapi bagiku ? Itu hanyalah dusta belaka . Bagi mereka rumah adalah surga , tapi bagiku ? Itu adalah neraka .
Organisasi sekolah ku jadikan sebagai tempat pelarian , 4 ekstrakulikuler aku ikuti , sengaja ku padatkan jadwalku . Setiap hari aku pulang saat matahari tak lagi menunjukan pesonanya , sialnya , 1 ekstrakulikuler hari ini diliburkan , terpaksa aku harus pulang lebih cepat , lebih sialnya lagi aku pasti akan melihat drama kehidupan yang begitu memuakkan .
Aku melangkahkan kakiku malas , dengan sangat terpaksa aku membuka pintu rumahku , baru selangkah aku masuki rumah terdengar suara sesuatu yang pecah , tidak ! Bukan vas bunga yang tersenggol oleh ku , tetapi memang sengaja dibanting oleh seseorang yang sepertinya ada di dapur .
Tubuhku mematung diambang pintu , terlihat ayahku yang sedang menggila , dia berteriak didepan ibuku . Sudah terdengar dua kali suara pecahan dan satu kali tamparan , tapi itu bukanlah sebuah akhir melainkan baru permulaan .
Ayahku adalah seorang penjudi , sedangkan ibuku hanyalah seorang buruh cuci yang berusaha menghidupi keluarganya . Jujur saja , aku benci mengakui bahwa mereka adakah keluargaku ataupun orang tua ku , mereka memang pasangan yang cocok , sama sama egois dan keras kepala , tak pernah sedikitpun memikirkan perasaan ku .
“Dasar isteri tidak berguna !!” Plakkk
Satu tamparan lagi mendarat tepat di pipi ibuku , ibuku tersungkur lemas .
Aku menutup telingaku rapat rapat , ingin rasanya aku menjadi tuli saat ini juga.
“CUKUUPP !!”
Teriak ku muak dengan semua sandiwara ini . BRUGG
Aku membanting pintu dengan keras , masih dengan menggunakan seragam sekolah yang lengkap aku pergi dari rumah , berlari sambil menahan air mata , langkah yang tanpa tujuan , kemanapun kakiku ingin melangkah yang pasti sejauh mungkin dari rumah itu . Rumah yang lebih pantas disebut dengan neraka.
Sudah 20 menit aku berlari , langkahku mulai berat , kakiku mulai lemas , langkahku berhenti di depan sebuah rumah di ujung komplek . Ini bukan yang pertama kalinya , rumah itu selalu menjadi pelarian ku saat aku marah .
Cerita yang beredar dari penduduk setempat bahwa rumah tersebut kini menjadi angker setelah 7 tahun ditinggal mati oleh pemiliknya , mereka sering mendengar suara tangisan dari rumah tersebut . Tapi bagiku semua itu hanyalah omong kosong ! Aku tidak peduli . Tahukah mereka ? Suara itu adalah suara tangisanku ! Akulah penghuni rumah itu.
Aku lebih menganggap rumah angker itu sebagai rumahku , dimana aku bisa merasa tenang tanpa harus mendapatkan asupan cacian dan bentakan . Disini sangat sunyi dan damai , tidak ada lagi suara pecahan gelas , piring , ataupun tamparan . Aku bebas menjadi diriku sendiri tanpa harus ada yang ditutup tutupi . Aku bisa bahagia walau hanya ditemani oleh sepi .
Terkadang aku mengutuk diriku sendiri , aku sungguh anak yang tidah beruntung , orang tuaku tidak pernah memperlakukanku dengan baik , hampir tidak pernah berkata lembut padaku . Aku benci rumah itu !
Disini , dirumah angker ini , aku menangis dan merenungkan segalanya , meratapi nasib baik yang tidak pernah berpihak padaku. Ada kalanya aku ingin mengakhiri hidupku , tapi tidak ! Itu tidak akan pernah terjadi selama kata katanya masih terngiang di kepalaku .
“Tidak ! Jangan pernah kau menyerah pada dunia ini , kau hanya perlu bersabar sedikit lagi , aku janji , aku akan membawamu bersamaku , kita akan membangun surga dunia kita sendiri , aku janji ! Percayalah.. ”
Hari Itu dia berjanji akan memjemput dan membawaku bersamanya . Sebuah harapan yang menjanjikan masa depan yang lebih baik . Dialah Putra , dia sahabat penaku ,
entah mengapa dia masih menerimaku dengan semua keadaan ku . Dua kali dia pernah mengajakku ke rumahnya . Indah , megah dan sejahtera . Keluarganya lengkap dan saling menyayangi , mereka memperlakukanku seperti seorang puteri , tidak ada makian
, bentakan ataupun kata kata kasar lainnya , mereka selalu membuatku tertawa , aku sayang mereka , aku merasakan indahnya surga dunia saat dirumah mereka .
Tuhan.. bisakah kau ubah keluargaku menjadi seperti mereka ? Bisakah kau ubah neraka itu menjadi surga ? Aku berjanji tidak akan menyerah pada dunia ini . Aku berjanji akan selalu menanti keajaiban itu datang . Aku berjanji ! seperti katanya .