Kuninganglobal.com — Muhammad Bin Abdullah, nama yang tidak asing bagi para pemeluk umat beragama Islam bahkan banyak juga orang-orang yang bukan beragama Islam mengetahui sosok Muhammad Bin Abdullah.
Dalam khazanah kajian keilmuan yang diselenggarakan oleh HMI Komisariat Abdul Malik Fadjar berfokus pada Sejarah Peradaban Islam, Muhammad Bin Abdullah adalah pembawa risalah, pembangun umat, dan sosok yang mampu mendirikan sebuah kedaulatan negara. Sebagai Nabi dan Rasul, Muhammad Bin Abdullah menyampaikan risalahnya di kota Mekkah, sekitar 610 Masehi. Dari tahun ke tahun, zaman ke zaman risalah yang dibawa/diajarkannya mampu menyebar hingga ke seluruh penduduk di berbagai penjuru dunia.
Muhammad Bin Abdullah, tumbuh di lingkungan yang bobrok, rusak (jahiliyah). Mengapa bisa dikatakan bobrok, rusak (jahiliyah), karena pada saat itu adanya sikap fanatisme antar suku, adanya pemisah antara yang kaya dan miskin, menyembah patung/berhala, mudahnya seseorang menghilangkan nyawa, harta, istri dan anak orang lain, serta hilangnya konsep berkehidupan keumatan dan kenegaraan.
Syiar dakwah, jihad, dan sebagainya yang dilakukan oleh Muhammad Bin Abdullah akhirnya mampu menyingkirkan segala bentuk kerusakan, kebobrokan (jahiliyah). Dengan menyatukan suku-suku yang terpecah belah menjadi satu kesatuan Bangsa Arab yang bersatu, meletakkan keimanan sebagai pengikat tali persaudaraan antara seorang muslim dan saudaranya.
Menurut ajaran agama yang diajarkannya, manusia itu bertindak sebagai wakil kekayaan dan harta bendanya. Bahkan orang fakir juga memiliki hak dalam harta kekayaan tersebut, hal ini kemudian kita kenal dengan istilah Zakat. Dalam hal ini dijelaskan pula pada Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 19, yang berarti : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapatkan bagian”.
Muhammad, meletakkan kembali berhala-berhala ke tempat asalnya (ke dalam tanah) dan mengajak kembali kaumnya untuk menyembah kepada Tuhan yang tiada Sekutu bagi-Nya. Dia adalah ALLAH SWT yang menciptakan bumi, langit dan alam semesta beserta isinya (makhluk hidup, jin, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dll). Kemudian, dia pula yang mengembalikan hak kaum perempuan yang telah dirampas, karena menurutnya kaum perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam menjalankan ibadah, melakukan kegiatan sosial dan dalam hal-hal lainnya.
Dalam bukunya Husayn Ahmad Amin yang berjudul Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam. Semua Nabi sebelum Muhammad hanya menjadi pelita bagi kaumnya, tetapi Muhammad selain menjadi pelita bagi kaumnya menjadi pelita pula bagi alam semesta. Dia memperlakukan manusia sebagai sosok manusia. Dia juga percaya kepada semua Nabi sebelumnya tentang risalah dan perubahan-perubahan yang telah dilakukan oleh mereka.
Muhammad, mengajak orang yang percaya kepadanya untuk percaya pula kepada mereka. Dia mengajarkan bahwa kebenaran hanya ada satu dalam setiap zaman, begitu juga yang diajarkan Nabi sebelum dirinya. Muhammad juga mengajak untuk mempercayai ajaran-ajaran yang dibawa oleh mereka. Muhammad juga diutus untuk meneruskan ajaran mereka serta memperbaiki kekurangan. Risalah yang diajarkannya berlaku untuk semua golongan dan alam semesta.
Tidak pernah membedakan antara Bangsa Arab dan yang bukan Bangsa Arab, antara yang kaya dan miskin, putih dan hitam, antara satu golongan dengan golongan lainnya, antara bangsa timur dan barat. Dia juga tidak mudah untuk terpengaruh dengan ras dan kebangsaan ketika menyampaikan ajarannya, tidak pula dipengaruhi oleh aristokratisme. Ajarannya mengajarkan bahwa : manusia adalah saudara. Manusia yang berkulit hitam itu saudara dengan berkulit putih, yang kaya dengan yang miskin, raja dan rakyatnya, dll.
Muhammad, juga tidak pernah mengajarkan kepada pengikutnya yang beriman dan bertakwa untuk menjauhi dunia. Namun, Muhammad mengingatkan kepada para pengikutnya untuk menjadi suatu kekuatan untuk memberantas kejahatan serta menjadi jalan bagi kebaikan atau balance antara kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi. Dia juga mengajarkan agar hidup harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.
Sebetulnya apa yang dapat kita ambil, dari kajian mengenai Sejarah Peradaban Islam, khususnya Muhammad Bin Abdullah Sebagai Pemimpin Ummat dan Bangsa?
- Muhammad sendiri adalah sosok teladan yang paling baik.
- Memiliki keinginan untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
- Tidak gegabah dalam menerapkan ajaran dengan kenyataan yang ada dilapangan dan tingkat budaya yang telah dicapai oleh kaumnya.
- Bijaksana dalam mengambil keputusan.
- Berani dalam menghadapi semua tuntutan yang diperlukan dalam dakwahnya.
- Tidak merasa gentar, tetap tanah dan berani.
- Mampu mengendalikan nafsu sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin Ummat dan Bangsa.
- Tidak memiliki rasa dendam.
- Mampu menggabungkan antara power dan love (berkehidupan harmonis).
Dari semua yang telah dibahas pada kajian ini, dapat diyakini bahwa Muhammad adalah pribadi yang paling baik, cemerlang dalam sejarah Bangsa Arab dan Ummat Islam, bahkan begitu juga dengan sejarah manusia pada umumnya. Dalam dirinya terhimpun berbagai sifat (pribadi) yang baik dimiliki oleh siapapun, namun tidak menutup kemungkinan kita juga bisa menjadi pribadi seperti beliau atau minimal kita mendekatinya karena kita telah mempelajari tentang beliau. Kemampuannya mampu mengendalikan urusan Ummatnya sekaligus mengarahkan kehidupan mereka ke arah kehidupan dunia dan suasana keruhanian Ummatnya yang belum dicapai oleh para Nabi sebelumnya.
Indonesia sebagai negara yang penduduknya hampir seluruhnya memeluk agama Islam, perlu kiranya kita mempelajari dan mengaplikasikan seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW entah itu dalam berkehidupan beragama, berbangsa maupun bernegara.
Wallahu A’lam Bishawab
Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, Sampaikan dengan Amal.
Penulis : Kader Biasa HMI Komisariat Abdul Malik Fadjar