Oleh: Hudaya Galuh Permana, S.Hut., M.M., CHRM (Dosen Manajemen UM Kuningan)
Nasib para guru dan pengajar dalam hal kesejahteraan masih dipenuhi ketidakpastian, dan kini mereka juga harus menghadapi fenomena kriminalisasi. Guru yang menerapkan tindakan disiplin dalam batas wajar dan sesuai norma serta aturan yang berlaku bagi muridnya justru dituduh melakukan tindakan kriminal.
Banyak contohnya kasus guru Zaharman Seorang guru di Bengkulu mendapat perlakuan tak menyenangkan dari orangtua murid yang menyebabkan matanya buta permanen. Hal itu terjadi lantaran ia menegur anak dari orangtua murid tersebut yang kedapatan merokok di sekolah.
Guru Zaharman guru di SMA N 7 Rejang Lebong, Bengkulu yang jadi korban penganiayaan orangtua siswa, sang guru dikatapel orangtua siswa hingga mengalami kebutaan permanen dimata kirinya. Karena kondisi ini, ia harus menerima trauma dan cacat seumur hidup.
Guru Darmawati di SMAN 3 Parepare harus mendekam di penjara dan menjalani proses persidangan yang panjang atas tuduhan memukul siswa yang membolos shalat Dzuhur berjamaah. Padahal, Darmawati hanya menepuk pundak siswa itu dengan mukena. Hasil visum pun menunjukkan tidak ada luka di pundak siswa tersebut. Kasus lain yang tengah menjadi perhatian publik di Indonesia adalah seorang guru honorer, Supriyani, di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, yang kini berstatus terdakwa karena diduga memukul siswanya. Kasus ini pun dinilai penuh kejanggalan.
Selain itu, perkembangan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua serta budaya keluarga yang cenderung membela dan mempercayai semua ucapan anak tanpa melakukan verifikasi kebenarannya menjadi perhatian. Padahal, seharusnya guru dan orang tua dapat berkolaborasi demi mencapai keberhasilan dalam pendidikan dan penanaman nilai-nilai kepada siswa. Ini mencakup bukan hanya nilai akademik, tetapi juga nilai-nilai disiplin danakhlak.
“Perbuatan yang dilakukan oleh guru adalah bagian dari tanggung jawabnya dan tidak dapat dianggap sebagai tindak pidana, sehingga guru tidak seharusnya dijatuhi hukuman atas tindakan tersebut, karena tujuannya adalah untuk mendidik siswa agar menjadi individu yang baik dan disiplin.”
Peran Terhadap Pola Asuh Orang Tua Dalam Meningkatkan Kualitas SDM Indonesia
Sejatinya setelah menjadi orang tua yang sudah memiliki anak, orang tua juga harus terus belajar dan mengembangkan diri jangan anaknya saja disuruh belajar dan sekolah tapi orang tuanya tidak, yang malahnya lagi orang tuanya kebanyakan malas untuk belajar dan lepas tanggung jawab, jika anaknya bermasalah dalam budipekerti atau attitude dan masalah nilai akademik yang selalu dituduh dan di salahkan adalah gurunya di sekolah padahal yang paling di salahkan adalah metode parenting orang tua yang salah, berikut ini adalah metode parenting yang terbukti sukses dilakukan dari hasil sebuah penelitian pada murid-murid yang sukses dalam nilai akademik,sport, bisnis, bahkan menjadi juara dalam di kehidupannya.
Menjadi Contoh atau Role Model
Orang tua yang menunjukkan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari memberikan teladan yang baik bagi anak. Misalnya, memperlihatkan etos kerja, sikap jujur, peduli terhadap sesama, dan bertanggung jawab. Anak-anak yang melihat perilaku positif dari orang tua mereka akan lebih mudah mencontoh dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka.
Pentingnya pengajaran sopan santun sejak dini
Pengajaran sopan santun sejak dini memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kepribadian anak yang positif. Anak-anak yang diajarkan untuk bersikap sopan dan santun memiliki dasar moral dan etika yang akan sangat bermanfaat sepanjang hidup mereka.
Memberikan Pendidikan Kesehatan dan Gizi
Pendidikan kesehatan dan pemberian gizi yang baik juga merupakan aspek penting dalam pengasuhan. Orang tua yang memberikan makanan bergizi, mengajarkan pola hidup sehat, dan menjaga kesehatan mental anak berperan dalam membentuk SDM yang sehat dan produktif. Anak-anak yang tumbuh dengan pola hidup sehat memiliki daya tahan fisik yang baik serta lebih siap menghadapi aktivitas yang menuntut energi dan stamina.
Meningkatkan Kecerdasan dan Keterampilan Kognitif
Orang tua dapat membantu mengoptimalkan perkembangan kognitif anak melalui stimulasi yang tepat, seperti membaca buku, mengajak bermain permainan edukatif, dan memberikan kesempatan untuk bereksplorasi. Dukungan ini membantu anak memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif, yang sangat diperlukan dalam dunia kerja modern.
Mengembangkan Kecerdasan Emosional
Kemampuan untuk mengelola emosi dan berinteraksi sosial adalah aspek penting dari kecerdasan emosional yang berkontribusi besar pada kualitas SDM. Orang tua dapat mendukung pengembangan kecerdasan emosional anak dengan mengajarkan cara mengelola emosi, memahami perasaan orang lain, dan berkomunikasi dengan baik. SDM yang cerdas secara emosional cenderung lebih mudah bekerja dalam tim, memiliki empati, dan tahan terhadap stres.
Mengembangkan Rasa Peduli Lingkungan dan Sosial
Orang tua yang mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan dan peduli terhadap sesama membantu menciptakan generasi yang lebih sadar akan tanggung jawab sosial. Anak-anak yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan komunitasnya akan tumbuh menjadi SDM yang berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang berkelanjutan dan lebih harmonis.
Mengarahkan Bakat dan Minat Anak
Orang tua dapat membantu anak untuk menemukan minat dan bakat yang mereka miliki sejak dini, serta mendukung mereka dalam mengembangkan bakat tersebut. Dengan memberikan arahan dan dukungan, anak-anak dapat fokus pada pengembangan keterampilan khusus yang akan menjadi keunggulan mereka sebagai SDM yang kompeten dan produktif di masa depan. Contohnya Orang tua Mark Zuckerberg (pemilik FB,IG,Whatsapp) membelikannya komputer pertama pada usia sekitar 10 atau 11 tahun, dan komputer ini menjadi alat penting bagi Mark untuk mengeksplorasi dunia teknologi. Saat itu, memiliki komputer di rumah bukanlah hal yang umum, terutama bagi anak-anak seusianya, tetapi orang tua Mark menyadari minat anak mereka dan melihat potensi yang bisa dikembangkan.
Dengan komputer ini, Mark mulai belajar bahasa pemrograman dasar dan menciptakan program sederhana. Contoh lainnya yaitu atlit balap Valentino Rossi dan Marq Marquez di berikan motor oleh ayahnya sejak umur 4 tahun sehingga dia punya kegemaran dalam dunia balap sehingga dia jadi atlit yang sukses.
Pengenalan terhadap Teknologi Secara Bijak
Sebagai contoh pemilik perusahaan Meta, Mark Zuckerberg memiliki pandangan yang menarik terkait pengenalan teknologi pada anak-anaknya. Ia tidak secara langsung mendorong anak-anaknya untuk menggunakan teknologi atau platform digital yang ia bangun. Sebaliknya, Mark dan istrinya tampak berhati-hati dalam memperkenalkan teknologi pada anak-anak mereka. Mereka memilih untuk membatasi penggunaan perangkat elektronik dan lebih menekankan waktu berkualitas bersama keluarga serta eksplorasi di luar ruangan.
Mengajarkan Pendidikan Seumur Hidup (Lifelong Learning)
Dalam dunia yang terus berubah, keterampilan untuk terus belajar sangat penting. Orang tua yang menanamkan semangat untuk selalu belajar akan membantu anak-anak mengembangkan sikap positif terhadap pendidikan seumur hidup. Mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan perubahan teknologi dan dinamika pekerjaan, menjadikan mereka SDM yang selalu relevan dengan kebutuhan zaman.
Dengan memberikan pengasuhan yang tepat, orang tua berkontribusi secara langsung dalam membentuk generasi yang cerdas, berkarakter kuat, dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Orang tua bukan hanya pendidik pertama bagi anak-anak mereka, tetapi juga penentu utama kualitas masa depan SDM bangsa.